Setiap orang ingin berhasil
dalam menggapai keinginannya. Setiap mukmin selalu menginginkan kesuksesan
hidup di dunia dan akhirat.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi.” (QS 28:77)
Dan keberhasilan tersebut perlu suatu ujian untuk
membuktikan bahwa kita telah berhasil. Hal ini sama seperti seorang murid SD.
Agar dapat naik kelas maka perlu mengikuti tes atau yang dikenal dengan UAS
(Ujian Akhir Semester). Jika dapat melewati ujian tersebut, maka anak tersebut
akan naik kelas.
Kehidupan kita tidak jauh beda dengan ujian bagi seorang
anak SD. Allah SWT memberikan cobaan dalam setiap langkah kehidupan untuk
memastikan hamba mana yang memiliki amal terbaik.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS 67:2)
Berikut adalah beberapa hal terkait ujian dalam kehidupan
kita.
Waktu Ujian
Ujian dalam hidup dimulai semenjak waktu baligh sampai nanti waktunya berpulang ke Rahmatulloh. Setiap fase umur memiliki cobaan yang berbeda. Seorang remaja harus bisa memilih teman dan pergaulannya. Ketika sudah menikah, seorang suami harus bisa mencari nafkah yang halal dan melindungi keluarganya. Ketika sudah tua, seorang kakek harus sabar dengan penyakit yang dideritanya. Semua ujian tersebut harus dihadapi dengan mengharap ridho Allah SWT.
Ujian dalam hidup dimulai semenjak waktu baligh sampai nanti waktunya berpulang ke Rahmatulloh. Setiap fase umur memiliki cobaan yang berbeda. Seorang remaja harus bisa memilih teman dan pergaulannya. Ketika sudah menikah, seorang suami harus bisa mencari nafkah yang halal dan melindungi keluarganya. Ketika sudah tua, seorang kakek harus sabar dengan penyakit yang dideritanya. Semua ujian tersebut harus dihadapi dengan mengharap ridho Allah SWT.
Bahan Ujian
Bahan ujian itu ada disekitar kita seperti suami/istri, anak, keluarga, teman, dan tetangga. Selain itu, harta kekayaan dapat menjadi bahan ujian kita.
Bahan ujian itu ada disekitar kita seperti suami/istri, anak, keluarga, teman, dan tetangga. Selain itu, harta kekayaan dapat menjadi bahan ujian kita.
“Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).” (QS 3:14)
Sifat Ujian
Sifat ujian dapat dalam kondisi susah dan senang. Kebanyakan orang menidentikkan ujian dengan kesusahan. Jika tidak mendapatkan rezeki yang cukup atau sedang ditinggal yang dicintai maka dianggap sebagai ujian dari Allah SWT. Tapi ujian dengan kesenangan sering tidak dipedulikan walau biasanya ujian dengan kesenangan lebih sulit.
Sifat ujian dapat dalam kondisi susah dan senang. Kebanyakan orang menidentikkan ujian dengan kesusahan. Jika tidak mendapatkan rezeki yang cukup atau sedang ditinggal yang dicintai maka dianggap sebagai ujian dari Allah SWT. Tapi ujian dengan kesenangan sering tidak dipedulikan walau biasanya ujian dengan kesenangan lebih sulit.
Sebagai contoh, orang yang hidupnya pas-pasan, maka dia
akan membelanjakan uangnya untuk kebutuhan pokok seperti beli beras, sayur dan
lauk sederhana. Jika orang memiliki uang yang lebih bisa jadi dia akan membeli
makanan yang mahal untuk memuaskan nafsu bahkan bisa jadi membeli makanan yang
haram. Terkadang yang dibeli adalah keinginan untuk caper saja.
Demikian juga orang yang memiliki paras yang tampan atau
cantik maka akan berprofesi sebagai artis yang malah menjerumuskan kedalam
kehidupan penuh glamour, terjerat narkoba dan gagal dalam berkeluarga.
Kunci Jawaban
Kunci jawaban ujian terhadap kehidupan kita hanya terletak pada 2 hal yaitu syukur dan sabar.
Kunci jawaban ujian terhadap kehidupan kita hanya terletak pada 2 hal yaitu syukur dan sabar.
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ
خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ
شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً
لَهُ
“Betapa mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua
urusannya adalah baik baginya. Jika datang kepadanya kesenangan dia pun
bersyukur. Maka hal itu baik baginya. Jika datang kepadanya kesusahan dia pun
bersabar. Maka hal itu pun baik baginya. Dan tidaklah hal itu didapatkan
kecuali oleh orang mukmin.” (HR.
Muslim)
Layaknya hidup seperti perputaran roda, maka ketika Allah
SWT memberikan kelonggaran maka selayaknya seorang hamba untuk bersyukur dengan
menjaga nikmat yang diberikan dan berbagi dengan orang lain. Hikmah dari
bersyukur adalah tidak merasa sombong dengan apa yang dikaruniakan Allah SWT.
Segala kesuksesan hanya Allah SWT yang mengatur.
“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari
orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS 3:26)
Sebaliknya, kesusahan dalam hidup harus dihadapi dengan
kesabaran dan keyakinan bahwa akan ada hikmah besar dari suatu musibah. Sifat
sabar dicerminkan dengan tidak menyalahkan orang lain sebagai penyebab
kesusahan tetapi justru melakukan muhasabah terhadap diri sendiri sebagai
penyebabnya. Kesabaran akan dibalas oleh Allah SWT dengan pengampunan atas dosa
yang telah lampau. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seseorang muslim
ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan
hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari
kesalahan-kesalahannya” (HR. Bukhari
no. 5641).
Sebagai penutup, inti dari
menjalani hidup adalah menghadapi segala ujian yang diberikan Allah SWT. Dan
kunci jawabannya adalah selalu bersyukur dan bersabar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar